Kamis, 02 Januari 2014

Peesantren Modern



Pesantren Modern
Seiring dinamika zaman, banyak pesantren yang sistem pendidikan asalnya salaf berubah total menjadi pesantren modern. Ciri khas pesantren modern adalah prioritas pendidikan pada sistem sekolah formal dan penekanan bahasa Arab modern (lebih spesifik pada speaking/muhawarah). Walaupun demikian, secara kultural tetap mempertahankan ke-NU-annya seperti tahlilan, qunut, yasinan, dll.
 Pondok pesantren Modern memiliki konotasi yang bermacam-macam. Tidak ada definisi dan kriteria pasti tentang ponpes seperti apa yang memenuhi atau patut disebut dengan pesantren 'modern'. Namun demikian, beberapa unsur yang menjadi ciri khas pondok pesantren modern adalah sebagai berikut:

1.      Penekanan pada bahasa Arab percakapan

.      Memakai buku-buku literatur bahasa Arab kontemporer (bukan klasik/kitab kuning)

3.      Memiliki sekolah formal di bawah kurikulum Diknas dan/atau Kemenag

4.      Tidak lagi memakai sistem pengajian tradisional seperti khalaqah namun clasical.

Pesantren modern yang kami laporkan disini adalah Pesantren Tawalib Putri dan Tawalib Parabek. Pesantren Tawalib Putri Jauh sebelum tahun 1900 dibawah asuhan Syekh Abdullah Ahmad. Perguruan Thawalib telah memulai pendidikannya dengan sistim halaqah bertempat di Surau Jembatan Besi Padang Panjang, yang kemudian pada tahun 1911 dilanjutkan oleh DR.H. Abdul Karim Amarullah, seorang ulama besar yang baru pulang belajar dari Mekah yang dikenal dengan sebutan Inyiak Rasul (ayah Alm. Buya HAMKA). Beliau sekaligus merubah sistim belajar dari halaqah menjadi klasikal. Pada tahun 1926 dibawah pimpinan Tuanku Mudo Abdul HaAmid Hakim, dibangun lokal belajar di jalan Lubuk Mata Kucing (Kampus Thawalib Putra sekarang). Mulai tahun 1959 Perguruan Thawalib dipimpin oleh H.Mawardy Muhammad, dan pada tahun 1974 membuka Perguruan Tinggi Fakultas Dakwah dan Publisistik, Fakultas Syari’ah wal Qanun bersama-sama dengan Prof.DR.KH. Zainal Abidin Ahmad (Alumni Thawalib, mantan Ketua Parlemen RI, Wartawan dan Pengarang). Kemudian Perguruan Thawalib dipimpin oleh murid-murid H.Mawardy Muhammad ; Drs.H. Abbas Arief, H. Djawarnis,Lc. Prof.DR.Sirajuddin Zar (Rektor IAIN “IB” sekarang), Prof.DR.H.Tamrin Kamal,MS. Firdaus Tamin, BA. Tahun 1989 Perguruan Thawalib menerima siswi khusus putri, tempat belajar dan asramanya terpisah dari Thawalib Putra. Tahun 2002 Thawalib menambah lagi jenjang pendidikan, yaitu dengan mendirikan Taman Kanak-Kanak Al Quran ( TKA ), yang kemudian dilanjutkan membuka Madrasah Ibtidaiyah Unggul Terpadu ( MIUT ) pada tahun 2004. Saat ini Perguruan Thawalib telah berkembang dengan memiliki empat jenjang pendidikan mulai Taman Kanak-Kanak Al Quran ( TKA ), Madrasah Ibtidaiyah Unggul Terpadu (MIUT), Madrasah Tsanawiyah dengan nama Thawalib A, Madrasah Aliyah dengan nama Kulliyatul ‘Ulum el Islamiyah (KUI) Putra & Putri.
Sedangkan pesantren Tawalib Parabek dimulai pada tahun 1910 Syekh Ibrahim Musa Parabek membuka pengajian Halaqah sekembali dari menuntut ilmu di Makkah selama 9 tahun. Pengajian halaqah diberi nama Muzakatul Ikhwan setelah kembalinya Syekh Ibrahim Musa kali yang kedua dari Makkah selama 2 tahun. Ketika tahun 1918 Muzakaratul Ikhwan (Jamiatul Ikhwan ) diubah menjadi Sumatera Thawalib . Pada tahun 1920 belajar secara klasikal .Pengaruh Politik Islam Nasional memasuki Sumatera Thawalib yang disalurkan lewat Permi ( Persatuan Muslim Indonesia ). Sumatera Thawalib menjadi wadah politik PERMI.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar